Profil Dan Biodata Pangeran Diponegoro

       Pahlawan - pahlawan yang selama ini kita kenal dan kita pelajari semasa sekolah sangat berperan dalam kemerdekaan Negara Indonesia. Baik secara Politik, perang dan sebagainya. jasa - jasa mereka sangat besar bagi negara kita ini, dan kita wajib untuk mengenangnya dan mencontohnya serta mengambil pelajran dari setiap kisah masing - masing tokohnya.
       
Berikut ini akan dibahas profil dan biodata dari Pangeran Diponegoro:



  • Biodata Pangeran Diponegoro


Nama Kecil        :  Bendoro Raden Mas Ontowiryo
Nama Kenal       :  Pangeran Diponegoro
Tempat Lahir      :  Ngayogyakarta, 11 November 1785
Agama               : Islam
Wafat                 : Makassar, 8 Januari 1855
Jabatan dalam Keraton  : Pendamping Hamengkubuwono V
Gelar                  : Pahlawan Nasional

Diponegoro merupakan seorang keturunan dari kerajaan Mataram Islam, yakni putra dari Hamengkubuwono III sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Mangkarawati (seorang selir). Beliau memiliki 9 Istri termasuk di dalamnya selir. 


Sebagaimana sejarah Pangeran Diponegoro yang pasti sudah kamu ketahui, Diponegoro merupakan sosok keturunan keraton yang bersifat arif dan bijaksana. Konon karena sikapnya yang rendah hati, beliau tidak menginginkan menjadi seorang raja dan memilih untuk hidup sederhana.

Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 12 putra dan 10 orang putri, yang keturunannya semuanya kini hidup tersebar di seluruh dunia, termasuk Jawa, Sulawesi, dan Maluku bahkan di Australia, Serbia, Jerman, Belanda, dan Arab Saudi.

  • Sejarah Perang Diponegoro

Perang Diponegoro merupakan salah satu perang terbesar yang pernha dialami oleh Belanda selama menjajah Indonesia. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka perang ini disebut sebagai perang Jawa. Perang Jawa diawali dengan ketidak sukaan Diponegoro dengan Pemerintah Belanda yang memasang patok ditanah iliki Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, Diponegoro memang sudah muak dengan perlakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasu rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang secara terbuka menentang Belanda banyak mendapat simpati dan dukungan rakyat. Sehingga atas saran dari pamannya yaitu GPH Mangkubumi, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas disebuah gua yang bernama Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanan terhadap Belanda adalah Perang Sabil, yaitu perang menghadapi kaum kafir.

Semangat perang Sabil yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro membawa pengaruh besar terhadap rakyat hingga meluas ke wilayah Pacitan dan kedu. Bahkan seorang tokoh agama di Surakarta, yaitu Kiyai Maja ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Perjuangan Pangeran Diponegoro didukung oleh Sunan Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan.

Selama perang yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro, Belanda mengalami kerugian banyak karena tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta Gulden. Berbagai cara terus diupayakan oleh Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan dalam sayembaranya Belanda memasang tarif dan hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro, hingga akhirnya ditangkap pada 1830.

Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dena menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Dan pada tahun 1829, Kyai Maja pemimpin spiritual pemeberontak di tangkap.

  • Penangkapan Pangeran Diponegoro

Pada tanggal 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagalen. Saat itu Cleerens mengusulkan agar Pangeran dan pengikutnya berdiam di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.

Tanggal 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipoengoro untuk menghentikan perang. Permintaan itu ditolak oleh Diponegoro. Tapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Unggaran, lalu kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April. Hingga wafatnya di Benteng Rotterdam pada tanggal 8 Januari 1855.

Setelah ditangkapnya Pangeran Diponegoro, perang dilanjutkan oleh para putra Pangeran Diponegoro yaitu Ki Sodewa atau Bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned yang terus-menerus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat putra Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewa.
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa banyak memakan korban dari pihak pemerintah Hindia sebanya 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, Pribumi sebanyak 7.000 dan 200.00 orang Jawa. Akibat perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.

Bagi sebagian kalangan dalam Keraton Ngayoyakarta, Pangeran Diponegoro dianggap sebagai pemberontak. sehingga konon anak cucu nay tidak diperbolehkan masuk ke dalam Kraton, namun ketika Kraton dalam kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX memberikan amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan memberikan semangat kebangsaan yang dimiliki Pangeran Diponegoro kala itu, kini anak cucu keturunan Dipnegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka tanpa rasa takut akan diusir lagi.

Ya sekian pembhasan singkat dari Pangeran Diponegoro, semoga memberi manfaat ya :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial Instal dan Penggunaan Prestashop Dengan XAMPP

Profil Dan Biografi Moh Yamin, Sang Pelopor Sumpah Pemuda

PENGANTAR TEKNOLOGI GAME #AKHIR