Manusia dan Penderitaan
Manusia dan Penderitaan
Disusun oleh:
Izzati Hanifah
56417522
1IA02
- Berdasarkan Berita
Jakarta - Pria lansia yang telantar di got di Jakarta Barat dalam kondisi sakit tidak diakui anak-anaknya. Buah hatinya itu membuat surat pernyataan.
Surat itu diunggah Dinas Sosial DKI Jakarta lewat akun Facebook-nya seperti dilihat detikcom, Jumat (8/12/2017).
Berikut isi surat yang dibuat oleh salah seorang anak pria lansia bernama Udjan Susanto (74) tersebut:
“Bahwasanya saya ahli waris (3 bersaudara) sudah tidak memiliki hubungan lagi sebagai orang tua dan anak sejak 5 tahun yang lalu (tahun 2012).
Maka sejak saat itu saya tidak lagi memiliki sangkut paut dan tidak lagi bertanggung jawab dengan nama Bapak Udjan Susanto.
Demikianlah pernyataan saya. Surat pernyataan ini dibuat dalam kondisi sehat wal afiat dan tanpa paksaan siapapun.”
Jakarta, 7 Desember 2017.
Surat tersebut ditandatangani sang anak berinisial SS tersebut di atas materai. Ketua RT 007/06 dan Ketua RW 06 Duri Utara juta menandatangani.
Petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Barat menyelamatkan Udjan Susanto (74) pada Kamis (7/12) kemarin. Udjan ditemukan tergeletak tak berdaya di atas got di depan SD Widuri Indah, Kelurahan Duri Utara.
Kondisi Udjan amat sangat memprihatinkan. Udjan tidur beralaskan karton seadanya. Dia memakai baju tidur tipis. Pakaian dan alas tidurnya tersebut sudah kotor dan bau, dipenuhi kotorannya sendiri.
Menurut petugas Dinsos, setidaknya Udjan sudah 4 hari tergeletak tak berdaya di atas got yang kotor dan penuh lalat dan nyamuk itu. Dia bertahan hidup dari belas kasihan orang-orang sekitar, atau pengendara yang melintas.
Sebelum menyelamatkan Udjan, petugas Dinsos berkoordinasi dengan pihak kelurahan mencari tahu keluarga lansia bernasib malang itu. Udjan diketahui memiliki 3 orang anak, salah satunya tinggal di sekitar lokasi.
Saat berhasil ditemui, tidak disangka anak tersebut menolak mengakui Udjan sebagai ayah kandungnya.
"Anaknya bersikeras tidak mengakui lansia itu sebagai orang tua. Kami pun menyodorkan surat pernyataan kepadanya bahwa lansia itu bukan orang tuanya," kata Petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Amir dalam keterangan tertulis dari Dinsos DKI Jakarta.
Dengan adanya surat tersebut, petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Barat langsung mengevakuasi Udjan dari got menggunakan ambulans gawat darurat (AGD) 112 Dinas Kesehatan. Udjan kemudian dirujuk ke RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut. Dia diketahui mengidap diabetes.
Menurut petugas Dinsos, Udjan biasanya tinggal bersama anaknya di Depok, Jawa Barat. Kemudian dia berniat mengunjungi anaknya yang tinggal di Duri Utara itu, namun ditolak.
"Alasannya lansia itu menyebalkan dan membuat malu anaknya karena sering membuat resah dan mengganggu orang lain," kata Amir.
(Dimuat dalam https://m.detik.com/news/berita/d-3760982/lansia-telantar-di-got-tak-diakui-anak-ini-surat-pernyataannya oleh Herianto Batubara - detikNews)
Dari berita diatas dapat kita ketahui, seorang ayah yang kini tidak diakui lagi oleh anak – anaknya sebagai orang tuanya itu kini hanya tinggal diatas got dengan keadaan yang sakit – sakitan. Ia di telantarkan oleh anak – anaknya hanya karna ia sering membuat resah dan mengganggu orang lain. Hingga ia kini hidup sangat tidak layak, yang hanya bergantung pada belas kasihan dari orang lain, dan semenjak ditemui oleh Dinas Sosial DKI Jakarta ia dirawat oleh dinas tersebut. Seharusnya hal tersebut tidak boleh terjadi, karna mau seburuk apapun orang tua kita, mereka tetaplah orang tua kita dan keluarga kita. Bila tidak ada orang tua maka kita pun tidak akan ada, dan kita dirawat oleh orang tua kita sedari kecil. Seharusnya bila terjadi suatu masalah atau orang tua membuat masalah, alangkah baiknya untuk menasehati orang tua secara baik – baik karna mereka pun nanti akan mengerti. Walaupun itu membutuhkan waktu yang lama, tetap harus terus menerus menasehati orang tua. Dengan menelantarkan orang tua seperti diatas bukanlah hal yang patut diacungkan jempol, dan juga bukan erupakan suatu hal yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa berita diatas seharusnya dapat tidak terjadi hanya karna hal seperti diatas. Orang tua adalah bagian dari keluarga, dan selamanya akan menjadi keluarga. Bila suatu masalah terjadi pada orang tua maka harus keluarganyalah yang membela, anak yang menjadi pembela orang tuanya. Dan berita di atas dapat dijadikan sebagai sebuah contoh dari makin rusaknya perilaku masyarakat saat ini, rendahnya rasa kepedulian dan penghormatan kepada orang tua.
- Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Ketika saya masih berada di tingkat sekolah dasar saya adalah seorang anak yang sangat tidak bisa diam, dan suka sekali utnuk main. Hingga saat itu saya pernah terlalu asiknya bermain sampai – sampai saya lupa waktu dan terlalu larut ketika saya pulang ke rumah dan sebelumnya saya tidak mengatakan pada orang tua saya kemana saya akan bermain. Dan ketika tiba dirumah, saya kaget mengapa pintu rumah saya di kunci?. Ternyata itu adalah hukuman untuk saya karna saya main tidak mengenal waktu, ibu saya memarahi saya dan memberikan hukuman tersebut agar saya jera. Ibu saya sampai sudah berkeliling untuk mencari saya hingga ibu saya takut sesuatu terjadi pada saya, hingga akhirnya saatsaya pulang saya pun mendapat hukuman tersebut.
Itu adalah pertama kalinya terjadi pada saya, dan itu sangat membuat saya merasa sedih sekali. Kemudian saya meminta maaf dan mengatakan saaya menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari. Ibu saya memaafkan saya tapi tetap memberikan hukuman tersebut pada saya agar saya jera. Hingga akhirnya saya dibukakan pintu dan bisa masuk kerumah saya langsung meminta maaf lagi dan mengatakan tidak akan mengulangi hal itu lagi.
Saya tau itu adalah kesalahan saya, dan orang tua saya sangat sayang pada saya makanya melakukan hal tersebut pada saya. Dan hingga sekarang saya selalu mengabari orang tua saya kemana saya pergi dan jam berapa saya akan pulang kerumh agar tidak membuat orang tua saya khawatir.
Komentar
Posting Komentar